Alloh
SWT telah menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh seluruh makhluknya untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka masing-masing. Khususnya manusia yang telah
diberikan akal oleh Sang Pencipta, dimana
akal itu berfungsi untuk berfikir menentukan benar dan salah. Jika kita dapat menggunakan akal dengan baik,
otomatis kita mampu berfikir dengan baik pula.
Berbagai
macam kekayaan alam yang Alloh SWT berikan kepada kita semua (manusia), baik
berupa hewan, tumbuhan, hutan, laut, minyak, emas, gas, dan sebagainya yang
seharusnya dapat dilestarikan, dikelola, dan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Namun faktanya kini, jarang orang yang mau berfikir keras untuk
mau memanfaatkan kekayaan alam tersebut. Mayoritas kita lebih cenderung hanya
sebagai konsumen bukan produsen. Padahal jika kita mau sedikit berfikir keras
akan banyak sekali kekayaan alam yang dapat kita manfaatkan dengan
sebaik-baiknya bahkan hingga bisa membantu antar sesama manusia. Salah satunya
adalah “Ikan Gabus.” Hewan ini
merupakan kekayaan alam yang sangat luar biasa manfaatnya.
Prof.
DR. dr. Nurpudji Astuti Taslim, MPH, Sp.GK adalah
“seorang ahli gizi.” Beliau juga
merupakan “Guru Besar Fakultas
Kedokteran Universitas Hassanudin, Makassar, Sulawesi Selatan.” Beliau merasa
terpanggil untuk melakukan penelitian terhadap ikan gabus. Sungguh, hasilnya
sangat mencengangkan. Ternyata ikan gabus tidak hanya mampu memenuhi selera
makan, melainkan juga mampu membebaskan manusia dari sejumlah belenggu derita. Menurut beliau “Albumin merupakan salah satu nilai tambah ikan gabus.” Bagi
sebagian orang, ikan gabus tak masuk hitungan lauk favorit. Untuk nelayan pun
ikan gabus dianggap kurang bernilai ekonomis. Hal itu disebabkan mungkin karena
ikan gabus berbau sangat amis dan rupanya tidak menarik. Namun, di tangan Prof. DR. dr. Nurpudji Astuti, ikan ini
memiliki nilai tambah. Ikan yang tidak disukai karena baunya yang amis ini,
beliau “sulap” menjadi “suplemen
makanan yang berfungsi untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid
kapiler, meningkatkan kekebalan tubuh secara alamiah, menaikkan kadar albumin, dan membantu mempercepat proses penyembuhan." Ikan
gabus diracik sedemikian rupa, dibuat serbuk, kemudian dimasukkan dalam kapsul.
Bau amis ikan yang tidak disukai itu pun hilang, tidak terasa lagi amisnya.
Dengan demikian, beliau telah mematahkan tradisi kita dalam memandang dan
memperlakukan ikan gabus yang sebelumnya tidak memiliki nilai tambah menjadi
memiliki nilai tambah yang luar biasa manfaatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar